ARUNGSEJARAH.COM - Ali Moertopo (Pemikir Orde Baru, Pelopor Modernisasi Intelijen).
ORDE Baru berkuasa selama 32 tahun di Indonesia dan mengubah banyak sendi kehidupan di negeri ini. Ali Moertopo memiliki andil besar dalam proses perubahan tersebut. Ada pendapat yang mengatakan bahwa kalau raja Orde Baru adalah Soeharto, maka Ali Moertopo adalah: patihnya. Demikian yang diungkap dalam buku berjudul 100 Tokoh yang Mengubah Indonesia, Biografi Singkat Seratus Tokoh Paling Berpengaruh dalam Sejarah Indonesia di Abad 20 yang disusun Floriberta Aning S.
Letnan Jenderal (Purn.) kelahiran BIora, Jawa Tengah, tanggal 23 September 1924 ini dikenal sebagai aktivis, ahli strategi, dan politisi terkemuka. Ia memiliki kompetensi di bidang intelijen, dan berperan signifikan dalam memodernisasi badan intelijen negara pasca 1965.
Ali Moertopo bersama Soedjono Hoemardhani, asisten pribadi Soeharto, mempunyai peran besar mengukuhkan akar kekuasaan Orde Baru, sehingga bisa bertahan selama 32 tahun. Lembaga think tank Orde Baru, CSIS (Center of Strategic and International Studies) yang dibentuk pada tahun 1971 adalah hasil karya mereka.
Lembaga ini memiliki kredibilitas di kalangan akademisi, dan hasil risetnya diakui dalam lingkup internasional. Hasil riset CSIS banyak menjadi acuan ketika para akademisi ingin menganalisis arah kebijakan rezim Orde Baru.
Ali Moertopo adalah think thank di balik pemerintahan Orde Baru. Orde Baru terkenal dengan program pembangunan lima tahunnya (Pelita), dan juga terkenal dengan pembungkaman aspirasi politik. Semua itu adalah gagasan Moertopo, seorang tentara berbasis intelijen yang juga seorang pemikir dan analis.
Gagasannya yang tertuang dalam bukunya yang bertajuk Dasar-dasar Pemikiran tentang Akselerasi Modernisasi Pembangunan 25 Tahun (1972) diterima MPR sebagai strategi pembangunan nasional jangka panjang. Hingga dekade 90-an, Soeharto masih konsisten dengan strategi pentahapan pembangunan, dan secara resmi pernah menyatakan telah melampaui pembangunan jangka panjang tahap I (PJP I).
Pada 1968, Ali Moertopo juga sudah menggagas peleburan banyak partai politik menjadi segelintir partai, yang dengan demikian dapat lebih mudah dikendalikan pemerintah.
Gagasan itu terwujud pada tahun 1973, setelah semua partai berfusi ke dalam tiga partai saja: Golkar, PPP (hasil fusi partai-partai bercorak Islam), dan PDI (fusi partai-partai bercorak nasionalis). Kebebasan berpolitik pun turut beku bersama fusi itu. Situasi kebekuan kebebasan berpolitik itu bertahan hingga seperempat abad.
Ali Moertopo juga begitu intens melakukan berbagai aksi yang semakin membuat Orde Baru kukuh.
Melalui lembaga Operasi Khusus (Opsus), ia melibas aktivis-aktivis pro-demokrasi maupun kaum oposisi yang berani bersuara menentang rezim Orde Baru. Organisasi "buldoser" ini begitu efektif dan ditakuti tokoh-tokoh prodemokrasi. Lembaga intelijen tentara dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi semacam perangkat early warning bagi penguasa untuk memberangus lawan-Iawan politiknya.
Ali Moertopo yang pernah menjadi Kepala Badan Koordinasi Intelijen (Bakin) dan Menteri Penerangan RI (1978-1983) ini meninggal pada tang gal 15 Mei 1984 sore akibat serangan jantung.